Kamis, 09 Februari 2012

Edisi IV


Masalah pangan dan gizi anak bangsa sangat dipengaruhi oleh kiprah kaum ibu sebagai pengelola pangan bagi keluarga. Bahkan peran wanita dalam agribisnis sangat besar, dari lokal hingga global.

Pertanian adalah hajat hidup penduduk bumi, milik semua ummat. Bahkan jutaan kaum Hawa di berbagai belahan dunia telah ikut menebarkan kiprah di salah-satu bidang kehidupan yang paling mendasar tersebut, mulai dari pangan, sandang hingga kebutuhan azasi manusia lainnya. Beberapa perempuan bahkan menorehkan prestasi yang tak kalah menarik untuk disimak.
Mulai dari ibu-ibu petani hingga tokoh publik (pejabat pemerintah, penggerak organisasi atau bahkan artis/ selebritis) – menurut catatan SWADAYA – sejak beberapa waktu terakhir telah ikut memberi “warna” yang cukup berarti  bagi dunia agribisnis nasional.
Simak saja kiprah Anggun C. Sasmi misalnya. Selebritis/ artis asal Indonesia ini tidak hanya menorehkan kiprah internasionalnya dalam bidang tarik suara, tapi Anggun juga berperan sebagai aktifis pangan dunia. Anggun yang bermukim di Perancis dan Kanada, merasa terpanggil untuk menyisihkan sedikit waktunya untuk membantu sesama manusia di muka bumi dengan bergabung dalam FAO (Food and Agriculture Organization), salah-satu badan PBB yang bergerak dalam bidang pangan dan pertanian dunia.
Melalui bendera itu, Anggun bekerja untuk memberantas setidaknya satu miliar manusia di dunia yang masih hidup dalam kondisi kelaparan. Untuk urusan ini, ia berkeliling dunia mengkampanyekan pentingnya memperkuat ketahanan pangan, termasuk di Indonesia.
Kiprah global anak bangsa di bidang agribisnis tersebut tentu tidak akan berarti apa-apa jika di dalam negeri – Indonesia – sendiri roda agribisnis, utamanya soal ketahanan pangan tidak mendapat dorongan dari kaum perempuan.
Satu lagi selebritis yang menggeluti dunia agribisnis ialah Melly Manuhutu. Selain kesibukan di dunia entertainment, Melly juga menekuni bisnis hortikultura, khususnya sayuran organik.
Untuk memajukan pertanian organik, Ia bahkan meluncurkan buku berjudul "Bertanam Sayuran Organik bersama Melly Manuhutu". Atas kontribusinya terhadap bisnis sayuran organik inilah, pada tahun 2004 Melly dianugerahi penghargaan Entrepreneur Agribusiness Award oleh Ditjen BP2HP Kementerian Pertanian RI.

Kiprah Pembangunan
Menurut Dr. Ir. Ato Suprapto, Kepala Badan Sumberdaya Manusia (SDM) Kementerian Pertanian (Kemtan), soal pangan dan gizi anak bangsa sangat dipengaruhi oleh kiprah kaum ibu sebagai pengelola pangan bagi keluarga. Tak hanya itu, bahkan menurutnya peran wanita dalam agribisnis sangat besar. Sederet tokoh perempuan pun, baik di tingkat nasional maupun di daerah  masing-masing telah menunjukkan kiprah yang berarti bagi dunia agribisnis nasional.      
Seperti yang telah dilakukan Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Dalam membangun ekonomi di daerahnya Atut berupaya memperkuat struktur ekonomi masyarakat Banten berbasis agribisnis dan meningkatkan peranan serta swadaya masyarakat lokal.
Menurut Ratu Atut dalam siaran persnya menjelang Pilkada beberapa waktu lalu, jajarannya melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten telah menyebarluaskan inovasi pertanian melalui kegiatan Prima Tani di Desa Gempolsari, Kabupaten Tangerang sejak tahun 2007. Dalam kegiatan ini, dilakukan pengembangan inovasi teknologi seperti pengembangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah, budidaya sayuran daun, cabe merah dan bawang merah.
Sementara, kegiatan inovasi kelembagaan berupa penguatan kelembagaan permodalan, berdirinya kios saprodi, yakni kios yang menyediakan dan menyalurkan sarana produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk dan pestisida untuk mendukung peningkatan produksi dalam upaya penyediaan pangan dan pengembangan agribisnis, dan penguatan kelompok.
"Program ini berhasil menggaet dukungan dari instansi pusat, provinsi dan kabupaten seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dan jalan usaha tani dan berdampak pada pengembangan Gapoktan Gempolsari dengan LKM-A dan menjadi Gapoktan terbaik pada tahun 2010 tingkat Provinsi Banten. Gapoktan ini menjadi tempat studi banding bagi gapoktan lainnya," ujar Atut.
Pada tahun 2009, BPTP Banten bekerja sama dengan Balitnak juga melakukan percontohan pengembangan ternak dan BPTP Banten melaksanakan uji adaptasi teknologi penyediaan hijauan pakan pada Gapoktan Juhut Mandiri di Kampung Cinyurup, Desa Juhut, Kabupaten Pandeglang. Untuk Kampung Ternak Domba sudah 10 instansi yang terlibat. Sedangkan untuk pengolahan talas beneng, Atut  melibatkan dinas/badan tingkat Provinsi/kabupaten.
Gubernur Ratu Atut optimis, Banten akan mampu menjadi daerah swasembada beras dan sebagai penyumbang terbesar produksi beras nasional dan ia terus memberikan dorongan yang kuat terhadap pengembangkan pertanian. Sebelumnya, Ratu Atut Chosiyah juga menerima penghargaan Satyalancana Wira Karya dari Presiden melalui Menteri Pertanian Suswono , karena jasa dan dedikasinya di bidang pertanian.
Memang, maju-mundurnya agribisnis di berbagai daerah sangat tergantung pada niat baik serta kebijakan yang diambil oleh para pemimpinnya. Hal tersebut diakui pula oleh Rina Iriani, Bupati Karanganyar – Jawa Tengah, yang selama ini dikenal cukup akrab dengan pertanian.
Dalam masalah ketahanan pangan, menurutnya, para bupati/wali kota dan gubernur sangat mengetahui kondisi situasi pangan di daerahnya termasuk problem yang ada, dan bahkan bisa memberikan solusi terbaik untuk pemerintah, yang saat ini hanya mengandalkan data Bulog. Untuk itu Rina Iriani mengusulkan kepada pemerintah pusat agar mengajak duduk bersama dengan para kepala daerah dari tingkat bupati/wali kota sampai gubernur, sebelum memutuskan untuk membuat kebijakan impor beras.
Rina mencontohkan, pertanian padi di kabupaten Karanganyar masih dalam posisi surplus. Begitu halnya ia baru saja mendapatkan informasi dari Bupati Sragen Untung Wiyono, bahwa hasil produksi gabah atau beras di daerah tetangganya itu juga surplus di tengah wereng coklat yang terus meruyak.
Menurutnya, dari fakta yang ada, seharusnya pemerintah pusat hanya memerlukan data laporan dari bupati atau gubernur, bahwa petani memang bekerja sungguh-sungguh di dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di daerahnya, meski dalam tekanan berbagai hama, terutama wereng coklat yang mengganas sejak terjadinya anomali cuaca.
Ia tegaskan, selama ini pemerintah pusat kurang intensif membangun komunikasi dengan daerah, dan menyerahkan persoalan beras petani kepada lembaga Bulog. Sementara Bulog di dalam menjalankan misi pemerintah untuk ketahanan pangan, tidak maksimal bekerja. Hal tersebut  terbukti dengan kurang maksimal di dalam penyerapan gabah petani,” ungkap wanita peduli agribisnis yang juga Bupati Karanganyar itu.
Lain lagi dengan Karen Sjarief Tambayong, penggiat organisasi perbungaan yang kini aktif sebagai salah-satu pengurus Kadin Indonesia. Sebagai “srikandi agribisnis” Karen tergolong kritis dalam menanggapi kebijakan pembangunan pertanian di republik ini. 
Sebagai pelaku agribisnis hortikultura, mewakili pengusaha lainnya, Karen – dalam sebuah publikasi – mengkritisi pungutan pajak dan retribusi di daerah sudah sangat berlebihan. Salah satunya adalah mengenakan pungutan ijin gangguan pada lahan pertanian.
Selain itu Karen Sjarief Tambayong berpendapat bahwa entrepreneurship di sektor agribisnis masih kurang. Menurutnya hal tersebut disebabkan minimnya informasi di bidang agribisnis. “Karena itu, pemerintah juga Kadin perlu membantu menginformasikan atau ikut mempromosikan produk holtikultura dalam negeri,” ungkapnya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar