Gejolak Ekonomi, Pancaroba Iklim dan Peluang Pasar
Sejumlah pengamat mengingatkan, bahwa
situasi global yang tengah berlangsung saat ini harus menjadi
perhatian. Bahkan negara berkembang seperti Indonesia perlu memperhatikan penurunan
harga komoditas primer serta ancaman krisis pangan, yakni beras.
Banyak
pengamat menyatakan, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap tumbuh 6,7% pada
tahun 2012. Ada pula yang memperhitungkan, bahwa perekonomian hanya akan tumbuh
6,3%. Sementara – seperti dipublikasikan sejumlah mediamassa, pemerintah menyatakan
tetap optimis, meskipun kondisi perekonomian dunia sedang lesu akibat krisis
yang terjadi di benua Eropa.
Para
pelaku usaha kecil pun optimis, bisnis mereka akan bertumbuh pada tahun
mendatang seiring dengan keyakinan bahwa perekonomian secara luas akan
mempertahankan kuatnya tingkat pertumbuhan tersebut. Demikian kesimpulan dari
survei bisnis kecil Asia-Pasifik yang dilakukan oleh CPA Australia pada pada 6 -
11 Oktober lalu di Australia, Hongkong, Indonesia, Malaysia, Selandia Baru dan
Singapura.
Sementara
di sektor agribisnis, dimana kondisi alam sangat mempengaruhi keberhasilan
usaha tani, prospek cerah pun selalu terbentang. Masih menurut beberapa pakar,
pertumbuhan ekonomi tertinggi berada di sektor pertanian (termasuk peternakan),
kehutanan, dan perikanan (sebesar 5%). Diikuti sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 4,4 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi 3,6%.
Melihat
perkembangan bulan ke bulan selama 2011, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi
triwulan III 2011 tidak berbeda jauh antara triwulan I dan II. Bedanya, sektor
pertanian pada triwulan II - 2011 tumbuh 3,7% setelah pada triwulan I – 2011 meningkat
18,3%. Pertumbuhan triwulan II didorong oleh subsektor perkebunan yang tumbuh
sebesar 58,9%. Namun –pada penghujung tahun 2011 pertumbuhan ekonomi hanya
sekitar 6,3 persen. Lalu bagaimana dengan prospek agribisnis di tahun ini?
Prospek Agribisnis
Memang,
ramalan demi ramalan berseliweran di ruang publik. Masing-masing pakar dan
pengamat perekonomian memiliki analisis yang beragam. Namun yang jelas, beberapa kalangan
memastikan, bahwa pengaruh gejolak ekonomi global baru akan terasa di Indonesia
pada tahun depan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2012 diperkirakan berada
pada kisaran 6,3% - 6,7%. Hanya saja, BI mengakui jika terjadi perlambatan
ekonomi global, bisa jadi pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya sekitar 6,3% - 6,5%.
Karena itu, dengan upaya pemerintah (dalam mendorong belanja), mudah-mudahan
bisa mencapai 6,7%.
Semua
skenario di atas menggunakan asumsi bahwa situasi di Eropa tidak bertambah
buruk. Saat ini saja dengan krisis awal negara berkembang mulai merasakan adanya
fluktuasi nilai tukar mata uangnya dan perlambatan ekonomi lainnya sebagai
dampak dari krisis yang melanda Yunani, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Masih
menurut beberapa pengamat, dikatakan bahwa situasi ini harus menjadi perhatian.
Negara berkembang seperti Indonesia perlu memperhatikan penurunan harga
komoditas primer serta ancaman krisis pangan, yakni beras.
Pasar Ekspor
Pasar Ekspor
Selain
di dalam negeri, pasar ekspor agribisnis pun masih terbuka lebar bagi petani di
Indonesia. Selama ini Indonesia adalah supplier
sayuran segar kelima terbesar untuk Singapura setelah Malaysia, Cina,
Australia, dan India.
Sejumlah
publikasi menunjukkan bahwa pangsa pasar dari sayuran dan buah-buahan masih
terbuka di negara-negara yang tidak memilik lahan pertanian yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya seperti Singapura, Jepang, dan Hongkong.
Pasar ini cukup menjanjikan bagi para negara pemasok yang berada di sekitarnya.
Berdasarkan
data Hongkong Export and Import, jenis
sayuran yang diimpor adalah kentang, tomat, kol, brokoli, selada, wortel,
ketimun, jamur, asparagus dan bayam. Indonesia berpeluang untuk mengisi pasar
sayuran untuk jenis tomat, kubis, dan
wortel.
Untuk
pasar agribisnis di Jepang, pemerintah telah mengumumkan “Kesepakatan Kemitraan
Ekonomi Indonesia dan Jepang” atau dikenal dengan Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) pada 28
November lalu.
Menurut
data dari Japan Eksports and Imports,
Jepang merupakan negara pengimpor sayuran segar dan sayuran beku. Impor
terbesar sayuran segar adalah untuk labu kuning, kubis, brokoli dan wartel,
sedangkan sayuran beku yang banyak diimpor adalah kentang, green soybenus,
jagung manis dan bayam. Sementara berdasarkan data statistik pilihan teratas
impor sayuran Singapura, terlihat bahwa mayoritas produk ekspor Indonesia ke
Singapura adalah kentang, yakni dengan pangsa pasar 53.3%, kubis 34.8% dan
tomat 17.6%.***
Jagung, Manggis dan
Itik
Tetap Prospektif di Tahun 2012
Banyak
peluang usaha yang selalu terbuka untuk dimulai. tidak hanya berlaku untuk
peluang bisnis 2011 ini bahkan
bisaberlaku untuk peluang bisnis 2012 dan seterusnya.
Salah-satunya
yang prospektif adalah menanam jagung hibrida. Harga komoditas ini relatif
stabil karena jagung tidak hanya digunakan sebagai pakan ternak atau konsumsi
manusia, namun juga sudah bisa dikonsversi sebagai bahan baku energi. Perubahan
fungsi jagung menjadi bahan baku energi membuat jagung semakin dibutuhkan.
Alhasil harga naik dan bisa menjadi peluang bagi petani Indonesia untuk masuk
ke pasar ekspor dunia.
Untuk
buah-buahan, manggis merupakan komoditas yang buyer market, pihak pembeli yang mencari. Sejak beberapa tahun
terakhir manggis merupakan primadona ekpor Indonesia, dengan negara tujuan
Thailand, Singapura, Hongkong atau Cina, dan Jepang. Di negara-negara tersebut
manggis menjadi bagian dari sesaji pada upacara keagamaan. Harga ekspor manggis
di pasar dunia bisa mencapai 8 hingga 10 dollar AS perkilogram. Namun di
tingkat petani harganya hanya Rp 500,- per kilogram.
Sedangkan
di bidang peternakan, agribisnis itik mengalami peningkatan perkembangnan sejak
beberapa waktu terakhir. Peluang bisnis unggas air tersebut terdapat di segala
lini, mulai dari penetasan, budidaya itik petelur atau bebek potong (pedaging).
Dari tahun ke tahun usaha yang berkaitan dengan itik menunjukkan peningkatan dari sisi permintaan, baik itu berupa telur itik, daging itik, DOD itik, serta itik siap telur, ini berarti usaha pada sektor ini sangatlah menjanjikan.***
Dari berbagai sumber
INDUSTRIALISASI
PERTANIAN JALAN MENUJU KEMAKMURAN
Oleh
:
Dr.
Sinis Munandar, MS*)
Dimensi-dimensi tujuan pembangunan akan dapat memberikan
petunjuk mengenai bagaimana cara dan proses dalam mencapai tujuan-tujuan itu.
Dalam pengalaman pembangunan selama ini kita dihadapkan pada pilihan
pembangunan dari atas atau pembangunan dari bawah. Pilihan kita cenderung pada
pembangunan “ dari atas “, dalam cara itu peranan lembaga internasional dan perusahaan-perusahaan asing
serta multinasional sangat penting, demikian
pula halnya peranan
pemerintah sebagai “agent of change” senantiasa melindungi dan
mempromosikan kekuatan ekonomi dari luar. Selama itu pula kita telah melihat
implikasi-implikasinya.
Sebagai alternatif dari cara itu adalah pola
pembangunan “dari
bawah” yang mengandalkan diri pada “swadaya” masyarakat. Dalam proses ini, maka
pembangunan lebih mendasarkan diri pada potensi masyarakat sebagai “sumber
energi”. Apalagi masyarakat indonesia yang sebagian besar hidup di pedesaan dan
mengandalkan mata pencahariannya dari sektor pertanian. Oleh karena itu
pembangunan dibidang ekonomi hendaklah menenpatkan sektor pertanian sebagai
prioritas utama yang mampu mengangkat derajat hidup dan martabat bangsa kita.
Dalam pembangunan sektor pertanian, apalagi sektor ini
masih cukup besar perannya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
seharusnya terus ditingkatkan bahkan kegiatan industrialisasi pertanian menjadi
pilihan utama.
Industrialisasi pertanian yang akan mengubah
produk-produk pertanian dari
bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau menjadi bahan jadi, akan
memberikan nilai tambah yang berlipat ganda bagi produsen khususnya masyarakat
petani. Disinilah peranan pemerintah untuk mendorong, memfasilitasi dan menerapkan regulasi yang berpihak
pada masyarakat petani.
Industri pertanian mencakup industri hulu dan industri
hilir, industri hulu meliputi industri yang menghasilkan produk-produk untuk
meningkatkan produksi pertanian seperti industri pupuk, industri
pestisida/ insektisida, industri benih, industri alat mesin pertanian seperti traktor, alat untuk
panen dan lain-lain. Sedangkan industri hilir adalah industri prosesing untuk
merubah produk bahan mentah hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi maupun
bahan jadi. Disinilah peran tekhnologi tepat guna sangat dibutuhkan.
Pilihan industri pertanian yang difokuskan pada kegiatan
industri hilir utamanya yang mampu memberikan multiplier efek terhadap tenaga
kerja, multiplier efek terhadap pendapatan, kaitan
dengan sektor lain (linkage) seperti
kaitan ke depan
(forward linkage) dan kaitan
kebelakang (backward linkage). Industri makanan dan minuman,
sebagai contoh bagaimana merubah
tepung ubi kayu dan sagu menjadi mie instant serta minuman buah kaleng dari
produksi buah-buahan akan memberikan nilai tambah yang sangat besar, disamping
mendorong diversifikasi pangan.
Industri yang akan kita bangun adalah industri-industri
kecil di pedesaan, bukan industri skala besar. Dengan indusrtri- industri kecil
di pedesaan maka akan terbentuk
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi secara menyebar (scattered economic growth pole) hal ini merupakan wujud konsep
pembangunan dari bawah. Tumbuhnya industrialisasi pertanian di pedesaan, akan memberikan dampak terhadap kesempatan
kerja dan pendapatan bagi masyarakat setempat. Hal ini akan mengurangi
urbanisasi penduduk dari desa ke kota
bahkan tahap berikutnya
akan mengurangi jumlah Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) dan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang mencari kerja ke luar negeri.
Disamping itu kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara kota dan pedesaan tidak
semakin lebar.
Apabila industrialisasi pertanian menjadi lokomotif
pembangunan dan industri yang lain mendukungnya, maka arah pembangunan Indonesia berbeda dengan arah
pembangunan yang telah dicapai
oleh negara-negara industri seperti Korea Selatan, Taiwan, Hongkong maupun
Singapore yang dikenal sebagai New
Industriliazation Country (NIC). Tetapi pembangunan Indonesia akan lebih mengarah pada New Agricultural Industrialized Country (NAIC).
Disitulah masyarakat akan menyambut
datangnya ratu adil terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan yang gemah
ripah loh jinawi.
Semua ini diperlukan tekad dan kesungguhan dari semua pihak dan kemauan segera
disusunnya suatu
desain besar (grand design) untuk
dilaksanakan secara nyata.*) Mantan Staf Ahli Menteri
Pertanian Bidang Tenaga
Kerjadan Alsintan serta
Mantan Kepala Badan
SDM Departemen Pertanian
Pertanian Bidang Tenaga
Kerjadan Alsintan serta
Mantan Kepala Badan
SDM Departemen Pertanian
Surplus Beras 10 Juta Ton
Mungkinkah…?
Mengkonsumsi
nasi meningkatkan kasus diabetes di Indonesia. Untuk perlu merubah Image masyarakat
bahwa tanpa nasi pun kebutuhan akan nilai gizi dapat terpenuhi dengan baik dan
cukup.
“Tidak
enak jadi Mentan,” kata Prof. Dr. Ir Bungaran Saragih. Mengapa? Pasalnya,
menurut Mantan Menteri Pertanian di Era Gus Dur itu, tugas Menteri Pertanian
cukp berat. Salah-satunya adalah karena adanya politisasi pertanian (pangan).
Hal tersebut disampaikannya pada sebuah seminar bertajuk “Pencapaian Surplus 10
Juta Ton Beras” di Jakarta, pertengahan Desember lalu.
Hal
tersebut diamini oleh Menteri Pertanian, Dr. Ir. Suswono, MMA. Selain sarat politik,
untuk mencapai angka 10 jt ton beras memang tidaklah mudah. Meskipun begitu,
menurutnya masih dapat diupayakan. Disamping itu pemerintah pun terus berupaya menekan
laju pertumbuhan penduduk serta pemasyarakatan diversifikasi pangan. “Sebagai Pembantu
Presiden, Mentan tetap menerima pendelegasian tugas dan tanggung jawab Presiden,”
jelas Suswono.
Sementara
menurut Bungaran, pencapaian peningkatan produksi beras surplus ke angka 10 juta
ton di tahun 2014 dan pengurangan import beras, sarat dengan nuansa politik.
Dia menilai hal tersebut sangat tidak mungkin. Alasannya, karena untuk mencapai
angka demikian dibutuhkan perluasan areal pertanian hingga 4 juta ha.
“Tentu
tidaklah mudah untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Karena dalam pembukaan
lahan baru akan mendapat protes dari berbagai pihak, termasuk dunia
Internasional, karena berdampak pada perambahan hutan,” jelas Bungaran. Lebih
jauh menyarankan perlunya sinergi antar stakeholder.
“Tugas berat ini tidak semata-mata berada pada tupoksi seorang Menteri
Pertanian, tapi memerlukan tugas dari Menteri Koordinator Perekonomian dan
Menteri Kesehatan,” tambahnya.
Bungaran
menilai, selama ini pemerintah terlalu fokus pada peningkatan produksi beras
jasa, padahal meningkatkan produksi itu tidak mudah. Kesalahannya, kata dia,
tidak ada kebijakan untuk program diversifikasi pangan. “Selama ini hanya
bersifat omongan semata. Akibatnya tak ada resources yang tersedia untuk
diversifikasi pangan itu karena tanaman alternatif tidak berkembang. Pemerintah
menganggarkan Rp 19 triliun untuk peningkatan produksi beras. Padahal jika kita
punya Rp 5 triliun saja untuk diversifikasi, itu akan lebih baik,” tambah
Bungaran.
Menurutnya
diperlukan sosialisasi untuk merubah mind
set masyarakat dalam pengalihan sumber bahan makanan pokok. Tujuannya agar masyarakat
tidak semata-mata mengkonsumsi beras (nasi). Ditambahkannya, pemerintah perlu
mengkampanyekan bahwa dengan mengkonsumsi nasi berlebihan dapat meningkatkan
kadar gula dalam tubuh. Ujung-ujungnya adalah penyakit penyakit diabetes.
Ide
Bungaran tersebut diterima oleh Suswono sebagai sebuah masukan. “Ini menjadi
inspirasi bagi kami untuk menyampaikannya ke Menteri Kesehatan untuk
bersama-sama mensosialisasikan diversifikasi pangan,” tutur Mentan. Menurutnya,
konsumsi beras per kapita penduduk Indonesia masih sangat besar. Hasil kajian
Kementan dan BPS, konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 113 kg per kapita
pertahun.
Sinkronisasi
Dalam upaya pencapaian
surplus tersebut sudah dilakukan pengajuan dana tambahan sekitar Rp 1,7
triliun. Menurutnya, dana tambahan tersebut dapat mulai digunakan tahun 2012
ini.
Sebelumnya,
seperti ditulis sejumlah mediamassa, Suswono mengeluhkan belum adanya tambahan
anggaran untuk program surplus 10 juta ton beras yang diperintahkan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sejak Februari 2011 itu. Maka Ia pun mengaku
kewalahan karena anggaran belum disediakan namun sisa waktu untuk capai surplus
tinggal 2 tahun.
Dalam rangka menuju
surplus beras 10 juta ton tahun 2014, Kementerian Pertanian telah menerbitkan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 45 Tahun 2011 tentang Tata Hubungan Kerja
antara Kelembagaan Teknis, Penelitian dan Pengembangan, serta penyuluhan
pertanian dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional.
Dengan adanya
Peraturan Menteri Pertanian tersebut, menurut Suswono, sinkronisasi dan
koordinasi program antar instansi akan semakin baik. Kelembagaan penyuluhan,
baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, tidak akan ada keraguan lagi
dalam memobilisasi tenaga penyuluh untuk bekerjasama dengan tenaga teknis di
lapangan dalam percepatan pencapaian target produksi dan produktivitas padi.***
Meningakatkan Daya Saing
Komoditas Pertanian
Oleh : H. Mubardjo.RS, SE, MM
Sungguh memilukan betapa tidak Negara kita yang dikenal
sebagai negara agribisnis hampir semua komoditas pertanian melakukan impor
komoditas pertanian, diantaranya beras, jagung, gula, kentang, bawang, jeruk,
apel dan lain-lain,. Belum termasuk impor gandum yang merupakan bahan baku
terigu yang digunakan untuk roti, kue-kue hampir 100% di impor, sehingga tidak
sedikit devisa yang dihamburkan untuk mengisi perut kita.
Lebih menyedihkan lagi impor untuk garam dan ikan pada
tahun 2011 yang jelas tidak sedikit devisa yang dikeluarkan, padahal negara
kita memiliki lautan yang cukup lua. Untuk memenuhi protein hewan agar dimasa
depan menciptakan generasi yang sehat, cerdas tidak hanya ikan di impor, tetapi
juga daging dan susu.
Kalau dianalisa padsa akhir-akhir ini ternyata selama
komoditi pertanian belum siap menghadapi era stabilitas atau perdagangan yang
sudah kita setujui. Sebab perdagangan yang sudah diberlakukan di beberapa
negara termasuk Indonesia, bahkan di tingkat ASEAN kita sudah melakukan program
tersebut sebab mau tidak mau, cepat atau lambat kita harus siap-siap melakukan
era globalisasi artinya tidak ada sistem program tarip impor komoditi apapun.
Atau boleh dikatakan kita tidak bisa lagi mengharuskan tarip tertentu, kecuali
dengan sistem resiko pangan yang berlaku pada konmoditi pertanian.
Mengapa kita belum siap melaksanakan era perdagangan
bebas atau globalisasi. Ada beberapa hal yang perlu diamati sebagai penghambat,
sehingga komoditas pertanian belum bisa bersaing dengan komoditas impor.diantaranya
adanya otonomi daerah yang kebablasan yakni mengenai retribusi kepada komoditi
pertanian dan biaya transportasi yang terlalu tinggai dibandingkan dengan
negara lain. Juga masalah korupsi yang tidak kunjung habis diberantas baik
pusat maupun daerah sehingga menambah biaya produksi.
Tidak kalah pentingnya pemerintah perlu memperhatikan
bidang pertanian dengan meningkatkan anggaran pada sektor pertanian selama ini
biaya APBN dan APBD lebih banyak dinikmati oleh biaya gaji, perjalanan dinas
aparat negara, belanja negara, sedangkan perbaikan jalan dan irigasi perlu
ditingkatkan jumlahnya. Bahkan ada sementara pihak yang mengatakan program
untuk pertanian sebesar untuk zakat saja.
Oleh karena itu untuk meningkatkan daya saing komoditi
pertanian diperlukan beberapa tindakan nyata yang perlu segera dilaksanakan.
Sebab jika tidak lekas dilaksanakan maka kita semakin jauh ketinggalan dengan
negara lain. Beberapa tindakan untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian
adalah sebagai berikut :
1.
Pemberantasan
korupsi perlu segera di laksanakan tidak hanya sekedar omong doang (omdo) dan
politik pencitraan.
2.
Beberapa
retribusi yang dikeluarkan berdasarkan Perda terhadap komoditi pertanian perlu
segera tidak diberlakukan atau dihapus.
3. Perhatian
pemerintah terhadap pertanian perlu ditingkatkan dengan meningkatkan anggaran
pembangunan pertanian, terutama pembuatan sarana dan prasarana perikanan.
4.
Pembiayaan
dari perbankan perlu ditingkatkan, kalau perlu dibangun bank khusus memberikan
bunga rendah.
5.
Subsidi
terhadap petani perlu ditingkatkan khususnya bidang pupuk, benih dan lain-lain.
Tidak hanya sebatas peraturan, Badan Karantina Pertanian pun telah menyiapkan upaya-upaya peningkatan pelayanan dan kapasitas yang diperluakan pada keempat pemasukan tersebut melalui penambahan SDM, PPC, dan berbagai peralatan laboratorium yang diperlukan.
Namun demikian, Mentan menjelaskan, bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan terus berupaya meningkatkan produksi hortikultura, melalui peningkatan produktivitas dan mutu serta penataan data produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan selera konsumen di dalam negeri.***
TARIF IKLAN TAHUN 2012
FULL COLOUR (FC)
a. Cover :
- Halaman Belakang Luar Rp 10.000.000,-
- Halaman Belakang Dalam Rp 7.500.000,-
- Halaman Depan Dalam Rp 8.000.000,-
- ½ Halaman Rp 4.000.000,-
- ¼ Halaman Rp 2.500.000,-
- Halaman Belakang Luar Rp 10.000.000,-
- Halaman Belakang Dalam Rp 7.500.000,-
- Halaman Depan Dalam Rp 8.000.000,-
b. Halaman Dalam (Isi) :
- 1 Halaman Rp 6.000.000,-- ½ Halaman Rp 4.000.000,-
- ¼ Halaman Rp 2.500.000,-
TARIF BERLANGGANAN
- 1 Tahun (12 Edisi) Rp 240.000,-
- ½ Tahun (6 Edisi) Rp 120.000,-
- 3 Bulan (3 edisi) Rp 60.000,-
** Hubungi :
majalahswadaya@yahoo.com
denmustp@yahoo.com
SMS : 088 121 83 614
SMS : 088 121 83 614
Sayur
& Buah Impor
Virus
Terdeteksi, Pintu Masuk Dikurangi
Badan Karantina perketat persyaratan pemasukan
produk pertanian. Tempat pemasukan buah
dan sayuran segar yang semula 8 tempat pemasukan menjadi 4 tempat pemasukan.
Badan
Karantina Pertanian memang oke. Begitu ancaman terdeteksi, jurus penyelamatan
pun dikeluarkan. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko
msuk dan tersebarnya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) eksotik
yang dilaporkan meningkat sejak beberapa waktu terakhir ini. Ancaman itu muncul
seiring dengan meningkatnya pemasukan berbagai media pembawa baik berupa produk
maupun benih tanaman khususnya hortikultura.
Dalam
sebuah Konferensi Pers pertengahan Desember lalu Menteri Pertanian Dr. Ir.
Suswono, MMA, menyampaikan bahwa pemerintah melalui Badan Karantina Kementerian
Pertanian RI melakukan pengetatan persyaratan teknis pemasukan produk Pangan Segar
Asal Tumbuhan (PSAT) serta pengetatan tempat pemasukan. Dasar bertindaknya
adalah adanya kabar bahwa dalam kurun waktu 2 tahun terakhir. Beberapa
komoditas pangan dan hortikultura dilaporkan telah tercemar OPTK eksotik.Beberapa
OPTK eksotik tersebut antara lain Panthoea stewartii, Aphelenchoides fragariae, Psedomonas capsici. Selain itu ditemukan juga
OPTK baru yang belum terdaftar di Paraturan Menteri Pertanian No. 38 tahun 2006 yakni penyakit virus yang disebabkan oleh Tomato infectius
Chlorosis Crinivirus (TICCV). “OPTK
tersebut memiliki daya rusak yang tinggi terhadap komoditas strategis pertanian
kita,” kata Suswono.
Dengan
pertimbangan tersebut, Badan Karantina Pertanian telah melakukan review terhadap beberapa tempat
pemasukan produk pertanian. Salah-satunya ditengarai tingginya arus lalu lintas
dan/ atau kekurangan SDM. Solusinya
adalah terbitnya beberapa Peraturan Menteri Pertanian yang baru demi optimalnya
pelaksanaan pengawasan dan tindakan karantina tumbuhan. Beberapa perubahan
pengaturan terkait dengan terbitnya peraturan Menteri yang baru antara lain
Peraturan Menteri No 88/Permentan/PP.340/12/2011 tentang Pengawasan Keamanan
Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan. Permentan
ini merupakan pengganti Permentan No. 27 jo 38 tahun 2009 tentang Pengawasan
Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.
Dalam
Permentan tersebut terdapat berbagai perubahan substansi ketentuan yang antara
lain menyatakan bahwa dari 39 Jenis PSAT (sebelumnya) ditambah menjadi 100
jenis PSAT yang diawasi pemasukannya, baik pada komoditas hortikutura, tanaman
pangan maupun perkebunan. Target cemaran meliputi cemaran kimia, logam beraat, aflatoksin dan mikroorganisme (salmonella) serta bahan kimia lain yang
dilarang dalam penggunaannya, yaitu formalin.
Sedangkan
pada Peraturan Menteri Pertanian No 89/Permentan/OT.140/12/2011 merupakan perubahan
dari Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Kpts/HK.060/l/2006 tentang
Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah-Buahan
dan/atau Sayuran Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Perubahan substansi
ketentuannya meliputi tempat pemasukan buah
dan sayuran segar yang semula 8 tempat pemasukan menjadi 4 tempat pemasukan.
Sementara
ketentuan yang lain dalam Permentan 37 tahun 2006 antara lain tentang
Pengaturan terhadap 42 jenis buah dan sayuran segar dengan target utama cegah
tangkal terhadap berbagai lalat buah berbahaya ke dalam Republik Indonesia dan
kewajiban menggunakan container berpendingin dalam suhu tertentu, masih tetap
berlaku.
Selanjutnya adalah Peraturan Menteri Pertanian
No.90/Permentan/OT.140/12/2011. Permentan ini berisi Perubahan Atas Peraturan
Menteri Pertanian No.18/Permentan/OT.140.2/2008
tentang Persyaratan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil
Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar Ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia. Substansi perubahan pada ketentuan tersebut adalah soal tempat
pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar yang semula 14
tempat pemasukan menjadi 4 tempat pemasukan.
Sedangkan
ketentuan yang lain masih tetap berlaku, diantaranya ketentuan pemasukan bawang
merah, bawang Bombay, bawang putih dan bawang daun serta pemenuhan persyaratan
teknis bagi pemasukan umbi lapis segar ke dalam wilayah RI harus
didevitalisasi, diberi perlakuan, dan bebas dari tanah dan kompos lainnya.
Empat Pelabuhan
Didampingi Kepala Badan Karantina Pertanian, Ir. Banun Harpini, MSc, Mentan menjelaskan bahwa peraturan yang baru terbit itu akan berlaku efektif tiga bulan ke depan. Dengan diberlakukannya peraturan baru tersebut, maka tempat pemasukan buah-buahan dan sayuran segar serta umbi lapis yang hidup hanya dapat dilakukan melalui Pelabuhan Belawan (Sumut), Bandara Soekarno Hatta (Tangerang), Pelabuhan Makassar (Sulawesi Selatan) dan Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya).Tidak hanya sebatas peraturan, Badan Karantina Pertanian pun telah menyiapkan upaya-upaya peningkatan pelayanan dan kapasitas yang diperluakan pada keempat pemasukan tersebut melalui penambahan SDM, PPC, dan berbagai peralatan laboratorium yang diperlukan.
Namun demikian, Mentan menjelaskan, bahwa pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan terus berupaya meningkatkan produksi hortikultura, melalui peningkatan produktivitas dan mutu serta penataan data produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dan selera konsumen di dalam negeri.***
sudah seharusnya agrobisnis menjadi role perekonomian di indonesia, karena lahan yang tersedia sangat memungkinkan, tinggal maslah teknisnya terus dikembangkan, penelitian dan pengembangan produk-produk unggulan pertanian harus terus digalakkan, terimakasih
BalasHapushttp://jetkul.blogspot.com/